Seharian cuap-cuap
sampai mulut monyong dalam aksi demo sepagian ini, tak terasa hampir masuk
waktu Jum’atan. Masuklah sang pendemo ke latar masjid hendak berwudhu. Belum
banyak orang rupanya, karena waktu azan masih lama.
Orang itu sejak
melangkah masuk hingga duduk di serambi masjid diamati dengan seksama oleh bang
marbot masjid. Tiap gerakan selalu diawasi dan diamati, begitu juga dengan tas
yang dibawanya.
“Heeh, ente mau ngapain
ke sini? Habis demo ya?”
“Betul bang marbot, demo
boleh demo, tapi urusan kewajiban ngga boleh tinggal kan?”
“Mau Jum’atan? Mana
perlengkapan shalatnya? Punya?”
“Itulah bang marbot,
ngga bawa. Di sini ada yang bisa dipinjem ngga?”
“Ngga ada. Lagian
Jum’atan di sini laki semua yang ikutan”
“Pinjem sarung
dong...........”
“Ente hapus dulu tuh
make-up yang menor, ganti baju longdress ente, habis demo masak di mana sih?
Kalo ngga ganti kostum ngga boleh Jum’atan di sini”
“Ayke habis demo masak
di rumah bu RT”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar