Ini hanyalah sebuah
kisah sambil lalu saja tentang seorang laki-laki dan celana pendek warna merah
muda motif bunga-bunga yang ternyata telah mengubah jalan hidupnya. Kamu tak
akan menemukan kisah ini di buku Sejarah, harian Lampu Merah ataupun dibahas di
TVOne, MetroTV, ataupun di tulis ulang oleh blog milik tetangga.
Jadi simak saja kisah
ini baik-baik, jangan lupa makan dulu agar tak masuk angin hingga terkena
tipes, karena kisah ini mungkin akan mengubah hidupmu dan saya tak akan
menceritakan kisah ini dua kali.
Nama laki-laki itu
adalah Agus Widodo. Panggilannya Dodo, bukan Agus, bukan Wid, bukan AW, bukan,
bukan, bukan.
Dodo adalah jejaka asli
Sunda. Asli Sunda karena ayahnya adalah Sunda Garut dan ibunya adalah Sunda
Cililin. Asli Sunda karena sejak dilahirkan, SD, SMP, SMA, bahkan sampai kuliah
pun, Dodo habiskan waktunya di tanah Priangan.
Asli Sunda karena dalam
sehari Dodo mampu menghabiskan lalapan lebih banyak dari kambing manapun yang
pernah kamu jumpai. Dodo adalah salah satu contoh bentuk kehidupan hampa
di muka bumi ini yang kegiatannya berkisar antara makan, tidur dan mengupil.
Berkulit coklat sawo
terlalu matang, rambut keriting gondrong mirip Tom Hanks dalam film Cast Away,
dengan raut muka tirus tak terurus dan bulu hidung menjulur-julur keluar, Dodo
yang berstatuskan mahasiswa ini menghabiskan 21 tahun hidupnya dalam keadaan
jomblo.
Bukan. Dodo bukanlah
jomblo karena pilihan. Dodo adalah jomblo karena keterpaksaan. Satu-satunya
aktifitas yang memberikan warna dalam kehampaan hidupnya adalah menonton
pertandingan bola baik ISL, IPL, La Liga, Seri A, Premier League, dan menonton Lulebay
ataupun dramaseri Korea.
***
Hari itu adalah ulang
tahun Dodo yang ke-21. Dodo masih tertidur pulas ketika tiba-tiba ada seorang
wanita berumur 30++ masuk ke dalam kamarnya. Dan wanita itu langsung menjerit
keras.
“Dodooo! Kamuuu?!”
Dodo terbangun. Dia
membuka matanya, memandang ke langit-langit kamar kostnya, menatap poster
Britney Spears dalam balutan bikini merah jambu yang warnanya sudah mulai pudar
(mungkin karena keseringan diliatin siang malam tanpa henti). Dodo tersenyum
dan meneruskan tidurnya.
”Dodo!!!”
Dodo pun terbangun.
Benar-benar terbangun kali ini.
“Eh, tante. Kok tante
bisa di sini sih?”
“Kamu!?!! Kamu kenapa
tidur gak pake celana?”
“Hmm..... biar adem
mungkin tante. Tante kenapa kok bisa di sini sih?”
“Jantung kakekmu kambuh
lagi. Ia sekarang sedang dirawat di ICU. Kakekmu ingin sekali bertemu sama
kamu. Ia mungkin gak punya banyak waktu lagi”
“…....^*%%$@@^$@!&^%”
“Kok malah bengong? Ayo
cepet ikut tante ke rumah sakit”
“Iya tante. Tapi
sebentar yah tante”
“Bukan tante. Anuuu............. Saya pakai celana dulu yah tante”
Dalam keadaan rambut
kribo kriwel-krikel, mulut bau naga, baju bau singa, dan ketek semerbak rasa asam
manis, Dodo yang sudah bercelana meluncur bersama tantenya langsung menuju
rumah sakit tempat kakek Dodo dirawat.
Di sana sudah berkumpul
sanak saudara mengelilingi tempat tidur kakeknya. Ketika kakek tahu Dodo sudah
datang, kakek meminta semuanya supaya meninggalkan ruangan. Kakek ingin
berbicara empat mata dengan Dodo.
“Dodo, uhuk-uhuk…..”
“Yaaa..... aki…..”
“Kamu belum mandi yah?
Uhuk-uhuk...... Kamu bau sekali......”
“Yaaa..... aki..... Saya
emang blom mandi. Tadi buru-buru kok ke sininya aki”
“Dodooo... huk, huk, huk… Kemari... Huk, huk, huk. Ayo lari–lari.”
(nyanyi)
“???”
“Maaph Dodo. Aki OOT
niyh. Out Op De Taufik. Dodo, kayaknya
hidup aki gak akan lama lagi. Uhuk-uhuk. Jadi dengarkan perkataan aki baik-baik.
huk”
“Ya aki…”
“Dodo. Tadi malam aki
dapat wasiat dari leluhur. Huk-huk. Demi keberlangsungan garis keluarga kita,
kamu harus pakai jimat ini setiap hari. Huk. Jimat ini hanya boleh dilepas pada
malam Jumat Kliwon. Kalo tidak kamu pakai, kamu akan dikutuk mencret seumur
hidup. Kalo kamu pakai, kamu akan mendapat hoki besaaarrr.”
“Jimat apa aki ?”
“Ini.......”
Dodo pun membuka
bungkusan yang ditunjuk aki. Mata Dodo terbelalak ketika melihat isi bungkusan
itu. Celana pendek warna merah muda motif bunga-bunga. Dodo hendak protes.
“Tapi aki!? Aki.....
Akiiiii…”
Aki tak menjawab.
Mata aki sudah terpejam
selamanya dan bibirnya menyunggingkan senyuman. Mungkin aki merasa lega sudah
menyampaikan amanat terakhirnya. Mungkin aki udah merasa tenang karena yakin
cucunya akan selalu pakai celana ketika tidur. Mungkin juga aki merasa senang
udah bisa ngerjain cucunya di saat-saat terakhirnya.
Dodo termenung.
Termenung karena
bersedih, karena kehilangan aki-nya yang dia sayangi. Termenung karena berpikir
keras, berusaha mencari korelasi antara memakai celana pendek warna merah muda
motif bunga-bunga dan mendapatkan hoki besar. Mungkin kalo celana pendeknya
berbahan kulit ketat dengan motif kulit harimau Dodo akan maklum karena Dodo
percaya celana pendek seperti ini akan menarik hati banyak wanita. Tapi
korelasi antara celana pendek merah muda motif bunga-bunga dan hoki besar
sungguh sulit dimengerti.
Walau bagaimanapun ini
adalah wasiat terakhir aki-nya, dia harus penuhi. Dodo tidak ingin melanggar
wasiat terakhir kakeknya. Selain itu, Dodo pun gak ingin dikutuk mencret seumur
hidup. Mendingan juga dikutuk tampan, kaya, dan berkuasa daripada dikutuk
mencret, pikir Dodo. Maka dipakailah celana pendek warna merah muda motif
bunga-bunga setiap hari. Dan Dodo hanya mencuci celana ini sebulan sekali,
setiap malam Jumat Kliwon.
***
Dodo pun kembali
menjalani kehidupannya yang jomblo dan hampa, serta tak lupa memberikan sesajen
setiap malam Jumat Kliwon untuk arwah kakeknya berupa sepiring nasi timbel
lengkap dengan lauk gurame bakar + tempe goreng + lalapan + sambal cibiuk,
secangkir kopi Neskafe Classics (gula 2 sendok teh) dan sebatang rokok
Djisamsoe Filter.
Suatu saat ketika Dodo
sedang jalan-jalan di tepi sungai Citarum, Dodo mendengar teriakan seorang
gadis cantik dari kejauhan diiringi suara blurrr.
(Wait, wait, wait a second. How can he know she’s beatiful? Never mind,
it’s just fiction, you know)
Dodo langsung menuju TKP
dan melihat seorang bapak-bapak berkumis lebat, berkesan jantan, dengan tato
ular naga luar biasa panjangnya sedang berteriak-teriak menunjuk seorang gadis
cantik yang megap-megap di tengah sungai.
“Anak muda!!! Anak
muda!!!”
“Yaaa..... Pak Tua”
“Jangan panggil Pak Tua.
Panggil Om aja”
“Iya Om aja”
“Ngga pake aja kaleee. Itu anak Om sedang megap-megap
di tengah sungai Citarum. Coba yah tolong diselamatkan”
“Kenapa gak Om aja yang
menyelamatkan? Kan Om macho, berkumis lebat, dan berkesan jantan?”
“Ssssttt...... Om gak
bisa berenang”
“Jadi itu tato ular naga
luar biasa panjangnya buat apa Om?”
“Udah ah kamu jangan
banyak omong. Selamatkan aja putri Om. Nanti kamu Om kawinkan sama anak Om
satu-satunya itu. Om orang kaya loh. Sawahnya aja luas dan punya 15 kos-kosan
di daerah Sudirman”
“Sudirman Jakarta Om?”
“Bukan. Sudirman Garut......
dudul.....”
Demi mendengar
iming-iming akan dijodohkan dengan putri si Om yang cantik jelita tiada tara
(yang otomatis akan merubah status jomblonya) dan menjadi menantu dari seorang
juragan kost, Dodo pun dengan sigap serta merta melepas baju dan celana
jeansnya. Dengan hanya menggunakan celana pendek merah muda motif bunga-bunga
wasiat sang kakek, Dodo segera melompat ke dalam sungai Citarum dan
menyelamatkan sang putri. Lalu Dodo pun memberikan nafas buatan dan pijatan ke
arah dada. Sebetulnya hal ini tidak perlu karena sang putri udah siuman. Tapi
kapan lagi, pikir Dodo. Huhuyy.
“Akang, makasih yah udah
nyelamatin eneng. Akang baik sekali. Neng mau nikah sama akang.”
“Iyah neng. Akang juga
mau. Ngomong-ngomong neng namanya siapa?”
“Nama neng...... Jumariah
Kadarsih. Panggil aja Asih”
“Nama akang Dodo. Agus
Widodo. Tapi panggil aja Dodo”
Akhirnya Dodo, Neng Asih
dan Om - berkumis lebat - berkesan jantan - juragan kos-kosan (figuran gak penting, jadi gak perlu disebut
namanya) berjalan menuju jalan raya, mencari taksi.
Ketika mereka bertiga
sedang menyeberang jalan, tiba-tiba ada truk besar dari arah sebelah kiri.
Rupanya supir truk yang gendut itu kaget melihat celana pendek Dodo dan
kehilangan kendali.
Dodo dengan refleks
segera mendorong Neng Asih dan si Om ke arah pinggir jalan. Mereka
selamat. Sayangnya Dodo tak sempat menyelamatkan dirinya sendiri.
Dodo tertabrak,
tergilas, dan terseret truk besar itu sampai sejauh 25 meter atau lebih (lupa
diukur sih). Dodo mati mengenaskan. Otaknya berceceran keluar dan
matanya nyaris keluar. Tangan kirinya putus, kaki kanan dari mulai lutut hilang
entah kemana, paha kiri terlihat tulang putihnya, dan usus dua belas jari
tertarik terburai keluar. Hanya celana pendek merah muda motif bunga-bunganya
saja yang masih utuh, tak sobek atau kotor sekalipun.
Dodo pun mati sebagai
pahlawah bagi Neng Asih dan si Om.
Jasa Dodo selalu
dikenang oleh masyarakat RT 01 / RW 02 desa Sukamajumundur yang tinggal di
sekitar sungai Citarum. Terkenang hingga akhir jaman menjelang kenaikan BBM
sekalipun.
Celana pendek warna
merah muda bermotif bunga-bunga milik Dodo dijadikan bendera dan dikibarkan
setengah tiang, sebagai peringatan agar supir-supir tak ngebut di jalanan.
...
...
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar